Oleh Indigo Hearn, Kelas 12
Jujur – saya belum dapat menyaksikan video pembunuhan sadis yang menimpa korban bernama George Floyd. Bagaimana bisa? Seorang pria tak bersalah terbunuh di siang bolong, di hadapan muka umum oleh sekelompok polisi yang dimana seharusnya menjadi pelindungnya. Yang lebih mengherankan ialah bagaimana ia dapat melakukan perbuatan keji tersebut? Setiap hari dan setiap saat, banyak rekaman yang berisikan perlakuan brutal yang dilakukan oleh seorang atau kawanan polisi kepada warga negara Amerika Serikat yang berasal dari Afrika terunggah ke media sosial. Mungkin, Anda sudah melihat beberapa dari teman Anda mengunggah artikel atau foto yang berhubungan dengan kejadian tersebut. Salah satu contoh diantaranya adalah #BlackLivesMatter dan sayangnya itu telah menjadi sesuatu yang viral.
Tetapi, tahun ini tidaklah sama. Pergerakan Black Lives Matter di tahun 2020 ini ialah pergerakan terbesar yang dilakukan oleh para warga sipil. Pergerakan ini bertujuan untuk mengeluarkan keluh kesah mereka terhadap perlakuan yang diberikan oleh sebagian besar polisi kepada warga negara yang memiliki ras Afrika. Jika aksi protes ini tidak diberlakukan, bagaimana warga negara Amerika Serikat yang memiliki ras berkulit hitam dapat merasa tenang dan tentram apabila mengetahui bahwa seseorang yang seharusnya melindungi mereka justru adalah ancaman terbesar mereka?
Pembahasan tentang hak istimewa yang dimiliki seseorang berkulit putih telah menjadi sesuatu yang memalukan bagi saya pasalnya saya tidaklah sadar akan betapa buruknya ini. Ungkapan “hak istimewa” ini saya kira hanyalah ungkapan yang ditujukan kepada anak-anak kaya raya yang bertingkah semena-mena dan gemar memarken kekayaan orang tuanya, tetapi saya amat sangat salah. Saya, sebagai orang berkulit putih, memiliki hak istimewa. Saya tidak akan mendapat diskriminasi dan perlakuan tidak adil karena warna kulit saya. Saya juga tidak akan terbunuh oleh seorang polisi untuk kejahatan yang tidak saya perbuat.
Saya sangat percaya bahwa dukungan sekecil apapun, entah itu dari media sosial atau hanya sebuah perbincangan yang dilakukan bersama teman, pasti akan membawa perbedaan dan memberi perubahan. Menjadi seorang yang tidak rasis dengan berdonasi dan mendukung petisi itu tidaklah memakan waktu yang banyak. Mungkin, kita tidak pernah memperlakukan seseorang secara tidak adil karena warna kulit mereka, tetapi kita harus mengakui bahwa kita telah bisu. Hanya dengan memikirkan diri sendiri dan berkata bahwa anda ialah seseorang yang baik tidaklah merubah apapun. Menjadi seorang yang tidak rasis tidaklah cukup. Kita harus menjadi seorang yang anti-rasisme dan juga aktif mendukung. Pergunakan lah keistimewaan Anda dengan bijak, dan ikutlah membantu.
Sangatlah penting untuk pergunakan waktu yang ada untuk menambah ilmu kita masing masing. Mengunggah foto berwarna hitam dan mengikuti “trend” yang ada tidaklah membawa perubahan. Perbanyaklah membaca buku dan simaklah film dokumenter karena disana marak terdapat pengetahuan akan diskriminasi yang diterima oleh manusia berkulit hitam. Saya tahu bahwa rasisme tetaplah ada, tetapi ketidaklaziman itu seharusnya dihilangkan. Kesadaran adalah kunci menuju realisasi global imoralitas. Lawan lah ketidakadilan, dan didiklah orang sekitarmu.
Bacaan yang Disarankan:
Me and My White Supremacy oleh Layla F Saad
Why I’m No Longer Talking to White People About Race oleh Reni Eddo-Lodge.
13th Netflix documentary
Green Book – Pemenang film Osca
The Hate U Give, oleh Angie Thomas (buku dan film)