Oleh: Keyan, Kelas 11

Kini, dengan berakhirnya Ubud Writers & Readers Festival, ada sedikit cerminan yang ingin saya bagikan sebagai seorang relawan dalam acara tersebut. Percakapan-percakapan dengan para personel yang terlibat sekarang teringat amat menarik. Para relawan dan tamu yang hadir pun sangat ramah. Saya menyadari bahwa ini adalah kesempatan yang unik dan spesial karena saya dapat menjadi bagian dari sebuah acara yang menarik, bersemangat, dan menggugah pikiran ini, walaupun kontribusi saya pribadi bisa dibilang kecil. Suasananya terasa seperti pasar Minggu dimana terdapat berbagai kios menarik yang menjual makanan maupun berbagai macam makanan ringan. Seluruh bagian acara yang berbeda-beda tersebar di beberapa lokasi di sekitar Sangingan. Beberapa agenda yang diadakan adalah sebagai berikut: acara peluncuran buku, presentasi, wawancara dan lokakarya. Pada hari ketiga, saya sempat menghadiri acara peluncuran buku yang berjudul “Demokrasi di Era Digital”. Pada awalnya, kalau saya boleh jujur, saya tidak terlalu tertarik dengan bagian acara ini karena buku ini merangkum banyak topik yang berat dan dari judulnya saja sudah tidak menarik perhatian saya. Namun, begitu trio penulis buku ini mulai menyebutkan ide-ide inti dalam buku tersebut, yang menyebutkan banyak konsep berat seperti agama, politik, pemerintahan, warisan budaya, dan globalisasi – tiba-tiba buku ini menjadi sesuatu yang sulit untuk diabaikan, walaupun saya adalah seseorang yang tidak suka membaca dan susah fokus.

Selain hadir untuk mengisi jadwal sebagai relawan, saya juga bisa menghabiskan waktu bersama teman-teman saya dan bisa mengenal satu sama lain lebih dalam. Saya menyadari bahwa ini adalah bagian penting dari persahabatan, lebih dari sekadar nongkrong di sekolah. Mengenakan lencana sukarela dan pergi ke lokasi setiap harinya memberi saya kebanggaan dan kepuasan, karena pada akhirnya saya dapat menjadi suatu bagian dari acara yang amat berarti. Saya meninggalkan UWRF sedikit melankolis, karena saya telah melihat para relawan acara ini selama beberapa hari. Ditambah lagi mereka semua ramah, datang dari latar yang berbeda, dan kita bersama melakukan tugas-tugas yang serupa – ini adalah acara yang sangat menyenangkan! Pesan saya kepada Sekolah Dyatmika adalah bahwa kesempatan ini langka, dan pada akhirnya, “hidup hanyalah serangkaian pengalaman, yang masing-masing membuat Anda lebih besar” – Henry Ford.

Meskipun menjadi sukarelawan tidak melatih saya secara akademis atau membuat semua perbedaan antara masuk ke perguruan tinggi atau tidak, hal ini memberi saya beberapa pelajaran penting untuk hidup kedepannya seperti akuntabilitas, kemandirian, dan kreatifitas. Kualitas-kualitas ini mungkin kurang terlihat jelas di lingkungan sekolah. Pada akhirnya, saya sangat berterima kasih kepada para koordinator, mentor, dan teman-teman yang membuat pengalaman saya di UWRF berkesan dan berharga.